BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Status gizi
merupakan ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau
indicator baik buruk nya penyedian makanan sehari-hari. Status gizi yang baik
diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan dan membantu pertumbuhan bagi
anak. (Irianto 2007)
Berbagai
masalah kesehatan sering dijumpai dikalangan anak prasekolah/tk, diantaranya
kurang nya pertumbuhan fisik secara optimal. Salah satu factor yang sangat
menentukan yaitu factor gizi. Kurang gizi pada masa ini akan mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan badan,mental,kecerdasan dan mudah terserang penyakit
infeksi. Disamping itu jugan ditemukan juga masalah pada anak yang disebabkan
oleh gizi lebih,yang dapat mengakibatkan kegemukan dan anak beresiko menderita
penyakit degenerative seperti penyakit hiprtensi,penyakit jantung dan
lain-lain. (Santoso,2009)
Berdasarkan
data UNICEF pada tahun 2011 menunjukan bahwa, sekitar 250 Balita meninggal
akibat kekurangan gizi. Setiap enam menit sekali, bocah di Somalia meninggal
akibat kelaparan. (Juang,2011)
Berdasarkan
data riset kesehatan Dasar pada tahun 2010 status gizi balita di Indonesia
dengan indicator BB/U menunjukan prevalensi gizi buruk yaitu 4,9%, gizi kurang 13,0%, dan gizi lebih
5,8%. (Depkes, RI)
Sulawesi
selatan pada tahun 2011,kasus gizi buruk mencapai 286 kasus.tingginya kasus
gizi buruk disebabkan oleh sejumlah factor,selain pemahan masih minim penyebab
lainya yakni rendahnya pendapatan yang diperoleh.(Syaekuddin,2011)
Menurut santoso
2009,mengemukakan bahwa,kurang gizi pada anak tk umumnya karena kebiasaan makan
anak yang tidak teratur dimana pada masa ini anak sudah mulai meilih sendiri
makanan yang disenangi dan sudah mulai menyukai makanan diluar rumah.untuk
mengarahkan kebiasaan pola makan yyang baik,taman kanak kank aishah merduati
kecamatan peulanggahan kota banda aceh merupakan lembaga pendidikan prasekolah yang telah mengadakan program
makan bersama pada jam istirahat pada anak-anak engan membawa bekal
masing-masing dari rumah. Hal ini ilakukan pihak skolah mengingat masih
banyaknya anak TK yang menyukai makanan lain dari pada bekal yang dibawa dari
rumah.
1.1.1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa mampu menemukan masalah gizi masyarakat.
1.1.2. Tujuan khusus :
1.
Mengidentifikasi maslah dengan
mengumpulkan data dengan menimbang BB/U,mengukur TB/U dan BB/TB.
2.
Menentukan tujuan umum
berdasarkan masalah yang ditemukan.
3.
Menentukan tujuan khusus dalam
rangka menyelesaikan masalah.
4.
Menentukan target untuk
melakukan kegiatan.
5.
Menyusun rencana program
kegiatan untuk menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Langkah 1. Mengidentifiksi
permasalahan yang berkaitan dengan gizi
Status gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi.
Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas
hidangan menunjukkan dengan adanya semua
zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya
yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat
gizi terhadap keubutuhan tubuh. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan
tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat
kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya . Konsumsi yang menghasilkan
kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi adekuat.(Santoso,2004)
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh
seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan
zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi di bagi menjadi 3 katagori, yaitu
status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih. (Almatsier,2005)
ü Pengertian Malnutrisi
Keadaan patologis akibat
kekurangan atau kelebihan secara relatif
maupun absolut satu atau lebih zat gizi.
Ada
empat bentuk malnutrisi:
1.
Under nutrition
2.
Specific defisiency
3.
Over nutrition
4.
Imbalance (Supariasa,2002)
Secara nyata malnutrisi di bidang kesehatan masyarakat merupakan
penyakit gizi yang sering kontinu berpengaruh terhadap pertumbuhan. Berdasarkan
penyelidikan dan pengalaman, ada dua hal penting yang berhubungan dengan
malnutrisi dan hal yang perlu diperhatikan dalam usaha mempebaiki status gizi,
yaitu:
1.
Faktor makanan saja
2.
Standar hidup secara nasional
tinggi. (Indrawani, 2007)
ü Faktor yang mempengaruhi status gizi
1.
Sumber penyakit (Agent)
Faktor sumber penyakit dapat dibagi 8 unsur, yaitu
unsur gizi, kimia dari luar,kimia dari dalam,faktor
faali/fisiologis,genetik,psikis,tenaga dan kekuatan fisik, dan biologi/parasit.
2.
Penjamu (HOST)
Faktor-faktor penjamu yang mempengaruhi kondisi
manusia hingga menimbulkan penyakit,terdiri atas faktor genetis,umur,jenis
kelamin,kelompok etnik, fisiologis, immunologi, kebiasaan seseorang
(Kebersihan,makanan,kontak perorangan, pekerjaan, rekreasi, pemanfaatan
pelayanan kesehatan)
3.
Lingkungan (Environment) .
Faktor lingkungan dapat dibagi dalam 3 unsur utama,yaitu :
a.
Lingkungan fisik,seperti cuaca
atau iklim,tanah,dan air.
b.
Lingkungan Biologis
c.
Lingkungan sosial ekonomi
(Supariasa,2002)
2.1.1
Menimbang berat badan (BB)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh . massa tubuh sangat sensitive terhadap
perubahan-perubahan yang mendadak , misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi .
(Supariasa,2002)
Berat badan adalah pengukuran antropometri yang paling sering
digunakan meskipun sering terjadi kesalahan dalam pengukuran. Berat badan
mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa miniral tulang. Pada orang
dewasa terdapat peningkatan jumlah lemak sehubungan dengan umur dan terjadi
penurunan protein otot. (Hartriyanti,2007)
Indikator BB/U menunjukkan
secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah, namun
tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi
oleh tinggi badan. Indikator ini dapat dengan mudah dan cepat dimengerti
oleh masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka
waktu pendek; dan dapat mendeteksi kegemukan (Soekirman, 2000).
Berat badan merupakan ukuran
antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir
(neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR.
Dikatakan BBLR apabila berat bayi-balita, berat bayi lahir di bawah 2500 gram
atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan
untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat
kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping
itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat
dan makanan (Hartono, 2008)
Berat badan ditentukan oleh
keseimbangan antaramasukkan kalori dan
pelepasan energi. Keduanya diatur dari hari ke hari dalam jangka
waktu yang lama. Nilai kalori masukkan dari makanan harus mendekatisama dengan
energi yang dikeluarkan sebagai panas dan kerja jika berat badanakan dipertahankan. Jika masukkan kalori
tidak cukup, simpanan protein danlemak tubuh akan di katabolis, dan
kalau masukkannya berlebihan, hasilnyaadalah
obesitas. Pada manusia, obesitas memiliki komponen genetik yang kuat,tetapi
faktor lingkungan juga ikut andil dalam hal ini dan obesitas seringdihubungkan dengan kontrol asupan makanan yang
juga mempengaruhi berat badan. (Gadong, 2003)
Berat badan merupakan salah satu
ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan
sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi
maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks
BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahanberat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya
memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena
hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur,
tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari
waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
KELEBIHAN INDEKS BB/U :
ü Lebih mudah dan dimengerti oleh masyarakat umum
ü Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
ü Berat badan dapat berfluktuasi
ü Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil
ü Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)
KELEMAHAN INDEKS BB/U :
ü Dapat mengakibatkan interprestasi status gizi yang keliru
ü Di daerah pedesaan yang terpencil dan tradisional, umur sulit
di taksir dengan tepat karena pencatatan umur yang belum baik
ü Memerlukan data umur yang akurat
ü Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh
pakaian atau gerakan anak
ü Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah
social budaya setempat.
2.1.2
Mengukur tinggi badan (TB)
Tinggi badan merupakan gambaran keadaan pertumbuhan skeletal,
pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive
terhdap masallah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Beaton dan bengoa,
1973 menyatakan bahwa Indeks TB/U disambing memberikan gambaran status gizi
masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status social ekonomi.
(Supariasa,2002)
Pengukuran tinggi badan seseorang pada prinsipnya adalah
mengukur jaringan tulang skeletal yang terjadi dari kaki, panggul, tulang
belakang, dan tulang tengkorak. Penilaian status gizi pada umumnya hanya
mengukur total tinggi (atau panjang) yag diukur secara rutin. Tinggi badan yang
dihubungkan dengan umur dapat digunakan sebagai indicator gizi masa lalu.
(Hartriyanti,2007)
Indikator TB/U dapat
menggambarkan status gizi masa lampau atau masalah gizi kronis. Seseorang yang
pendek kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Berbeda dengan
berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu singkat, baik pada anak maupun
dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa tidak dapat lagi dinormalkan. Pada
anak Balita kemungkinkan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimal masih
bisa sedangkan anak usia sekolah sampai remaja kemungkinan untuk mengejar
pertumbuhan tinggi badan masih bisa tetapi kecil kemungkinan untuk mengejar
pertumbuhan optimal. Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan
dengan bertambahnya umur. Pertambahan TB relatif kurang sensitif terhadap
kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan TB
baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Indikator ini juga dapat dijadikan
indikator keadaan sosial ekonomi penduduk (Soekirman, 2000)
KEUNTUNGAN INDEKS TB/U :
ü Baik untuk menilai sttus gizi masa lampau
ü Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa
KELEMAHAN INDEKS TB/U
ü Tinggi badan tidak cepat naik
ü Pengukuran relative sulit dilakukan
ü Ketepatan umur sulit didapat
2.1.3
BB/TB
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah
dengan pertumbuhan tiggi badan denan kecepatan tertentu. Indeks ini untuk
mengidentifikasi status gizi merupakan indicator yang baik untuk menilai status
gizi saat ini. (Jelliffe,1966).
KEUNTUNGAN INDEKS BB/TB :
ü Tidak memerlukan data umur
ü Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
KELEMAHAN INDEKS BB/TB
ü Tidak dapat memberikan gambaran
ü Dalam praktek sering mengalami kesulitan
ü Membutuhkan dua macam alat ukur
ü Pengukuran relative lebih lama
ü Membutuhkan dua orang untuk melakukannya
ü Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran .
2.1.4
Mengkatagorikan IMT
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia
18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko
penyakit-penyakit tertentu, jika dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh
karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan.
Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau
normal. (Supariasa,2002)
IMT atau sering juga disebut
indeks Quatelet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli matematika Lambert
Adolphe Jacques Quatelet adalah alat pengukuran komposisi tubuh yang paling
umum dan sering digunakan. Beberapa studi telah mengungkapkan bahwa IMT adalah
alat pengukuran yang berguna untuk mengukur obesitas, dan telah
direkomendasikan untuk evaluasi klinik pada obesitas anak (Daniels et
al, 1997).
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah Quetelet’s index memiliki
formula berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). IMT mulai
disosialisasikan untuk penilaian status mutrisi pada anak dalam kurva CDC (Center
for Disease Center) tahun 2004. Tingkat kelebihan berat badan harus
dinyatakan dengan SD dari mean (rerata) IMT untuk populasi umur
tertentu. Mean IMT juga bervariasi seperti pada berat badan normal pada
status gizi dan frekuensi kelebihan berat pada rerata IMT dan standard deviasi
yang dihitung (Narendra, 2006)
Tingkat risiko berbagai kategori dari IMT . risiko penyakit
jantung dengan kelompok IMT dapat dilihat pada table dibawah ini. (Suyono S.
dan Samsuridjal DJ. ,1993)
IMT
|
20-25
>25-30 >30-35 35-40 >40
|
Kelompok
|
0 I II III IV
|
Risiko
|
Sangat rendah sedang tinggi sangat
rendah tinggi
|
Jumlah sel
lemak
|
normal normal normal
(naik) naik naik
|
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
IMT
= Berat Badan (kg)
Tinggi badan (m) x Tinggi Badan
(m)
ATAU
Berat Badan (kg) dibagi kuadrat
Tinggi Badan (m)
Batas ambang IMT ditentukan
dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki
dan perempuan.
Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan
untuk perempuan adalah 18,7-23,8.
Batas ambang IMT untuk
Indonesia, adalah sebagai berikut:
IMT < 17,0 : Keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK)
berat.
IMT 17,0-18,4 : Keadaan orang
tersebut disebut kurus dengan Kekurangan Berat Badan tingkat ringan atau KEK
ringan.
IMT 18,5-25,0 : Keadaan orang tersebut termasuk kategori
normal.
IMT 25,1-27,0 : Keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan
berat badan tingkat ringan.
IMT > 27,0 : Keadaan orang tersebut disebut
gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat.
2.2. Langkah 2.
Menetapkan tujuan umum (goal).
Tanpa adanya
tujuan umum (goal) yang jelas dan arah yang luas, dampak setiap program yang
bertujuan untuk memperbaiki kesehatan tidak akan mungkin diukur. Jelaslah bahwa
arah pogram gizi kesehatan masyarakat adalah memperbaiki kesehatan yang
berkaitan dengan gizi. Keberhasilan pogram yang diukur dari latar belakang yang
didefinisikan secara kuantitatif harus dinilai. Tidak perduli bagaimana
penyampaian pogramnya, ukuran penting untuk menilai dampaknya adalah perubahan
yang diukur pada outcome kesehatan.
Tujuan umum
akan mengingformasikan dan mengarahkan kebijakan pemerintah pada level tinggi.
Ini merupakan pernyataan luas yang harus ditandatangani dan digunakan oleh
politisi dalam berargumentasi untuk dapat dukungan fisical serta kekuatan
politis bagi pencapaian tujuan umum tersebut.
2.3. Langkah 3.
Mendifinisikan tujuan khusus (objektif) untuk tujuan umum
Setelah mengidentefikasikan
tujuan umum (goal), langkah berikutnya adalah mengindentifikasikan
factor-faktor kunci yang merupakan determinan penting dan sumber keragaman dalam menetapkan tujuan umum pada target
populasi. Gizi atau asupan zat makanan dapat menjadi satu-satunya dari sejumlah
objektif atau tujuan khusus yang perluh didefinisikan dan ditangani untuk
mencapai goal atau tujuan umum.
Poin dalam objektif gizi
yang disoroti adalah memastikan apakah apakah objektif tersebut tidak hilang
ketika disandingkan bersama objektif lain yang lebih memberikan keuntungan
politisi.
Tujuan umum harus dapat
diukur dan dipantau sepanjang waktu
untuk menilai perubahan. Jika tujuan akhirnya bersifat spesifik bagi subkelompok tertentu, kita
harus memastikan tersedianya data pada tingkat subkelompok tersebut.
Agar orang
tua murid dapat memperbaiki status gizi anaknya,tujuan khusus nya sebagai
berikut :
ü Menurunkan jumlah atau persentase murid yang mengalami gizi
kurang (yang mengalami kekurangan gizi) dari
4 orang (16%) menjadi (0%) pada akhir tahun 2014.
ü Menurunkan jumlah murid yang mengalami kelebihan gizi (gizi
lebih) dari 1 orang (4%) menjadi (0%) pada akhir tahun 2014.
2.4. Langkah 4. Menetapkan
target kuantitas
Setelah menetapkan sekumpulan tujuan khusus, langkah
selanjutnya adalah menetapkan target spesifik untuk setiap tujuan khusus gizi.
Mungkin ada sejumlah target yang dapat ditetapkan untuk setiap tujuan khusus.
Kita harus memutuskan target mna yang pencapaiannya paling memungkinkan dan
untuk setiap target harus terdapat bukti yang menunjukkan bahwa pencapaian
target tersebut dapat mencapai perubahan pada tujuan khusus dan tentunya pada
tujuan umum.
Contohnya
adalah: Pengurangan beban penyakit infeksi.
Cara mengindentifikasi
target.
Dari hasil
pengkajian berdasarkan bukti yang ada, kita dapat mengindetifikasi aspek
makanan mana yang berdampak paling besar pada populasi target, sedangkan dari
hasil pengkajian terhadap pola makanan dan dengan pertimbangan lingkungan
praktik setempat, kita perluh
mengindentifikasi masalah tersebut secara kuantitatif.
Tidak realities jika kita mengajukan rekomendasi
internasional asupan buah dan sayur sebesar 400g/hari sebagai taerget, ketika
tingkat konsumsi yang ada sekarang mencapai 250g/hari dan tidak pernah berubah
melebihi 10% selama 10 tahun terakhir.Jika sasarannya adalah peningkatan asupan
sebesar 150g/hari dalam 5 tahun, tetapi tidak tercapai, pogram tersebut akan
tampak gagal, tapi jika sasarannya adalah peningktan asupan sebesar 10% ( dari
250 menjadi 275 g/hari ), walau terlihat sederhana, sasaran itu masih dapat
tercapai dan merupakan peningkatan yang berguna.
Kita juga harus
pertimbangkan apakah targetnya adalah meningkatkan konsumsi dalam keseluruhan
populasi atau meningkatkan konsumsi mereka yang memiliki tingkat konsumsi
rendah. Perbedaan itu jarang dibuat hingga dapat memberikan dampak lanjutan
terhadap intervensi yang telah dilakukan.
Dalam menetapkan
target juga harus diperhatikan jangka waktu yang telah di tentukan, target juga
dapat di pantau.
2.5. Langkah 5. Menyusun program
Jumlah dari
target yang telah ditentukan jelas dan tepat telah tersusun, langkah
selanjutnya adalah mempertimbangkan metode paling efektif untuk mencapai target
tersebut. Semua pilihan yang relevan harus diperhitungkan, dengan pro dan
kontra dievaluasi sebelum membuat keputusan akhir mengenai metode yang akan
digunakan.
Dalam menyusun suatu program terlebih dahulu kita :
Ø Harus mengetahui penyebab masalah
Untuk mengetahui penyebab masalah mungkin kita dapat
melakukan beberapa cara :
ü Menyusun pertanyaan
(kuisioner) lalu memberikan kepada orang tua murid
ü Menanyakan dengan
pertanyaan-pertanyaaan terbuka
ü Dan melihat hasil
wawancara tersebut untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Sebelum menerapkan pogram, kita perluh memastikan bahwa
perubahan yang diajukan tidak menimbulkan efek negative atau yang membahayakan
diet maupun kesehatan.
Memperhitungkan apakah populasi target memiliki kepedulian
dan priolitas yang sama. Jika kelompok sasaran tidak memandang pentingnya
target tersebut bagi mereka, mungkin kita akan menemui kesulitan dalam
memotivasi mereka untuk mengubah
prilakunya, bahkan jika situasi lainnya sangat memungkinkan.
Setelah mempertimbangkan semua
pilihan, tiba waktunya untuk memutuskan apa yang akan dilakukan.
Mempertimbangkan jenis intervensi yang tepat yaitu:
ü Kebijakan ( tingkat strategis )
ü Pogram yang ditujukan pada tingkat individu atau kelompok
yang mengkaji faktor penentu kunci dalam kelompok target.
ü Pogram yang ditujukan pada tingkat lembaga yang mengkaji
penyebab utama semacam persoalan persediaan makanan, askes, dan ketersediaan (produsen,
penjaja, pemerintah).
ü Pogram yang ditujukan untuk mengkaji penyebab dasar semacam
kemiskinan dan ketidak setaraan.
Pada akhirnya, metode harus berbiaya paling efektif
dan memiliki dampak yang paling besar pada kesehatan terkait gizi. Jika
gabungan pendekatan memang di perlukan dan memiliki dukungan yang kuat, hal itu
dapat dijalankan.
Ø Evaluasi
Dalam
mengembangkan suatu pogram, kita perlu mengidentifikasi indicator yang akan
digunakan dalam mengkaji efektifitas intervensi, sementara perubahan atau
perbaikan apapun dapat langsung dikaitkan dengan intervinsi.
Ø Menyusun Biaya
Berapa biaya yang diperluhkan dalam menyelesaikan
masalah ini, peralatan yang digunakan, dan semua biaya yang dipakai dalam
penyusunan, pelaksanaan serta evaluasi pogram harus diperhitungkan.
Ø Merencanakan program
Dalam merencanakan program, berikut hal-hal yang perluh di
pertimbangkan adalah :
§ Apa yang perluh dipersiapkan terkait tempat dan waktu.
§ Mahasiswa diberikan materi dan dilatih untuk melaksanakan
tugas pengukuran TB dan penimbangan BB yang telah ditentukan
§ Perlengkapan dan sumber daya apa yang diperluhkan
§ Kerangka waktu dan menejemen pengatur kehiatan
BAB III
PRAKTEK PENGUMPULAN DATA
3.1 Hasil analisis penimbangan BB/U anak TK dengan
menggunakan Z-Skor
Tabel 3.1.1
Hasil Penimbangan Berat
Badan/ Umur Anak Laki-Laki
Di TK Annisa
Banda Aceh
NO
|
Nama
|
jenis
kelamin
|
BB
|
Z-SKOR
(BB)
|
Ket
|
|
1
|
M. athaya meifan
|
L
|
14
|
-1.2
|
Baik
|
|
2
|
Azfar nora yudha
|
L
|
15.1
|
-0.6
|
Baik
|
|
3
|
m. fauzan
|
L
|
16.2
|
-0.1
|
Baik
|
|
4
|
Hafizd zikrullah
|
L
|
14.7
|
-0.8
|
Baik
|
|
5
|
Muammar khadafi
|
L
|
14.1
|
-1.2
|
Baik
|
|
6
|
M. ikhsan
|
L
|
13.2
|
-1.6
|
Baik
|
|
7
|
M. faris
|
L
|
12.5
|
-2.0
|
Baik
|
|
8
|
Said mourteza
|
L
|
13.5
|
-1.5
|
Baik
|
|
9
|
Zulfikri
|
L
|
13.9
|
-1.3
|
Baik
|
|
10
|
Suat maja
|
L
|
12.2
|
-2.2
|
Kurang
|
|
11
|
Harasya ashafi
|
L
|
21.6
|
2.8
|
Lebih
|
|
12
|
M. risky berutu
|
L
|
20
|
1.9
|
Baik
|
|
13
|
Abdul muzaki
|
L
|
15
|
-0.7
|
Baik
|
Dari hasil
analisis di TK Annisa dapat disimpulkan bahwa anak laki-laki yang mengalami
kekurangan gizi 1 orang anak dan kelebihan gizi 1 orang anak.
Tabel 3.1.2
Hasil Penimbangan Berat
Badan/ Umur Anak Perempuan
Di TK Annisa
Banda Aceh
No
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
BB
|
Z-SKOR (BB)
|
Ket
|
|
1
|
Cut keysha zafira
|
P
|
14.5
|
-0.8
|
Baik
|
|
2
|
Ulfi mutia
|
P
|
13.5
|
-1.2
|
Baik
|
|
3
|
Henaya shafwa qonita
|
P
|
14
|
-1.0
|
Baik
|
|
4
|
Syaika ufairah
|
P
|
18.5
|
1.2
|
Baik
|
|
5
|
Dara nurul widia
|
P
|
15.9
|
-0.1
|
Baik
|
|
6
|
Qataratun nida
|
P
|
11.1
|
-2.4
|
Kurang
|
|
7
|
Syarifah baniatul H
|
P
|
11.1
|
-2.4
|
Kurang
|
|
8
|
Aisyah febrina M
|
P
|
17.3
|
0.6
|
Baik
|
|
9
|
Hayatul ulya
|
P
|
10.9
|
-2.5
|
Kurang
|
|
10
|
Syakira putri rafani
|
P
|
15.1
|
-0.5
|
Baik
|
|
11
|
Intan zaskia
|
P
|
13
|
-1.5
|
Baik
|
|
12
|
Fera fitriani
|
P
|
13.6
|
-1.2
|
Baik
|
Dari
hasil analisis di TK Annisa dapat disimpulkan bahwa anak perempuan yang
mengalami gizi kurang sebanyak 3 orang anak.
3.2 Hasil pengukuran TB/U anak TK dengan menggunakan Z-Skor
Tabel 3.2.1
Hasil Penimbangan Tinggi
Badan/ Umur Anak Laki-Laki
Di TK Annisa
Banda Aceh
No
|
Nama
|
jenis kelamin
|
TB
|
Z-SKOR (TB)
|
Ket
|
|
1
|
M. athaya meifan
|
L
|
109.22
|
1.4
|
Normal
|
|
2
|
Azfar nora yudha
|
L
|
101.6
|
-0.4
|
Normal
|
|
3
|
m. fauzan
|
L
|
106.68
|
0.8
|
Normal
|
|
4
|
Hafizd zikrullah
|
L
|
104.14
|
0.2
|
Normal
|
|
5
|
Muammar khadafi
|
L
|
99.06
|
-1.0
|
Normal
|
|
6
|
M. ikhsan
|
L
|
99.06
|
-1.0
|
Normal
|
|
7
|
M. faris
|
L
|
93.98
|
-2.2
|
Pendek
|
|
8
|
Said mourteza
|
L
|
101.6
|
-0.4
|
Normal
|
|
9
|
Zulfikri
|
L
|
96.52
|
-1.6
|
Normal
|
|
10
|
Suat maja
|
L
|
93.98
|
-2.2
|
Pendek
|
|
11
|
Harasya ashafi
|
L
|
109.22
|
1.4
|
Normal
|
|
12
|
M. risky berutu
|
L
|
106.68
|
0.8
|
Normal
|
|
13
|
Abdul muzaki
|
L
|
101.6
|
-0.4
|
Normal
|
Dari hasil
analisis di TK Annisa dapat disimpulkan bahwa anak laki-laki yang mengalami
kependekkan tinggi badan sebanyak 2 orang anak.
Tabel 3.2.2
Hasil Penimbangan Tinggi
Badan/ Umur Anak Perempuan
Di TK Annisa
Banda Aceh
No
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
TB
|
Z-SKOR (TB)
|
Ket
|
|
1
|
Cut keysha zafira
|
P
|
104.14
|
0.3
|
Normal
|
|
2
|
Ulfi mutia
|
P
|
101.6
|
-0.3
|
Normal
|
|
3
|
Henaya shafwa qonita
|
P
|
101.6
|
-0.3
|
Normal
|
|
4
|
Syaika ufairah
|
P
|
109.22
|
1.5
|
Normal
|
|
5
|
Dara nurul widia
|
P
|
106.68
|
0.9
|
Normal
|
|
6
|
Qataratun nida
|
P
|
93.98
|
-2.0
|
Pendek
|
|
7
|
Syarifah baniatul H
|
P
|
96.52
|
-1.4
|
Normal
|
|
8
|
Aisyah febrina M
|
P
|
99.06
|
-0.8
|
Normal
|
|
9
|
Hayatul ulya
|
P
|
88.9
|
-3.2
|
Sangat Pendek
|
|
10
|
Syakira putri rafani
|
P
|
96.52
|
-1.4
|
Normal
|
|
11
|
Intan zaskia
|
P
|
93.98
|
-2.0
|
Pendek
|
|
12
|
Fera fitriani
|
P
|
101.6
|
-0.3
|
Normal
|
Dari
hasil analisis di TK Annisa dapat disimpulkan bahwa anak perempuan yang
mengalami kependekkan tinggi badan 2 orang anak dan sangat pendek 1 orang.
3.3 Hasil analisis penimbangan dan pengukuran BB/TB
menggunakan Z-skor
Tabel 3.3.1
Hasil Penimbangan Berat
Badan/ Tinggi Badan Anak Laki-Laki
Di TK Annisa
Banda Aceh
No
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Umur
|
BB
|
TB
|
Z-SKOR(BB/TB)
|
Ket
|
|
1
|
M. athaya meifan
|
L
|
4
|
14
|
109.2
|
-2.7
|
Kurus
|
|
2
|
Azfar nora yudha
|
L
|
4
|
15.1
|
101.6
|
-0.5
|
Normal
|
|
3
|
m. fauzan
|
L
|
4
|
16.2
|
106.7
|
-0.8
|
Normal
|
|
4
|
Hafizd zikrullah
|
L
|
4
|
14.7
|
104.1
|
-1.4
|
Normal
|
|
5
|
Muammar khadafi
|
L
|
4
|
14.1
|
99.1
|
-0.6
|
Normal
|
|
6
|
M. ikhsan
|
L
|
4
|
13.2
|
99.1
|
-1.1
|
Normal
|
|
7
|
M. faris
|
L
|
4
|
12.5
|
94.0
|
-1.3
|
Normal
|
|
8
|
Said mourteza
|
L
|
4
|
13.5
|
101.6
|
-1.8
|
Normal
|
|
9
|
Zulfikri
|
L
|
4
|
13.9
|
96.5
|
-0.5
|
Normal
|
|
10
|
Suat maja
|
L
|
4
|
12.2
|
94.0
|
-1.6
|
Normal
|
|
11
|
Harasya ashafi
|
L
|
4
|
21.6
|
109.2
|
2.1
|
Gemuk
|
|
12
|
M. risky berutu
|
L
|
4
|
20
|
106.7
|
1.7
|
Normal
|
|
13
|
Abdul muzaki
|
L
|
4
|
15
|
101.6
|
-0.6
|
Normal
|
Tabel 3.2
Hasil Penimbangan Berat
Badan/ Tinggi Badan Anak Prempuan
Di TK Annisa
Banda Aceh
No
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Umur
|
BB
|
TB
|
Z-SKOR (BB/TB)
|
Ket
|
|
1
|
Cut keysha zafira
|
P
|
4
|
14.5
|
104.1
|
-1.4
|
Normal
|
|
2
|
Ulfi mutia
|
P
|
4
|
13.5
|
101.6
|
-1.6
|
Normal
|
|
3
|
Henaya shafwa qonita
|
P
|
4
|
14
|
101.6
|
-1.2
|
Normal
|
|
4
|
Syaika ufairah
|
P
|
4
|
18.5
|
109.2
|
0.2
|
Normal
|
|
5
|
Dara nurul widia
|
P
|
4
|
15.9
|
106.7
|
-0.9
|
Normal
|
|
6
|
Qataratun nida
|
P
|
4
|
11.1
|
94.0
|
-2.3
|
Kurus
|
|
7
|
Syarifah baniatul H
|
P
|
4
|
11.1
|
96.5
|
-2.7
|
Kurus
|
|
8
|
Aisyah febrina M
|
P
|
4
|
17.3
|
99.1
|
1.6
|
Normal
|
|
9
|
Hayatul ulya
|
P
|
4
|
10.9
|
88.9
|
-1.3
|
Normal
|
|
10
|
Syakira putri rafani
|
P
|
4
|
15.1
|
96.5
|
0.6
|
Normal
|
|
11
|
Intan zaskia
|
P
|
4
|
13
|
94.0
|
-0.5
|
Normal
|
|
12
|
Fera fitriani
|
P
|
4
|
13.6
|
101.6
|
-1.5
|
Normal
|
3.4 Hasil penentuan besar masalah masing-masing kategori
BB/U,TB/U dan BB/TB
1.
BB/U
Berdasarkan hasil
penimbangan berat badan murid TK Annisa,disimpulkan bahwa yang mengalami
masalah kekurangan gizi 1 anak dan kelebihan gizi 1 anak dari 13 anak
laki-laki,dan 3 anak perempuan mengalami kekurangan gizi dari 12 anak. Jadi,
gizi kurang di TK Annisa sebanyak 4 anak (16%), dan kelebihan gizi 1 anak (4%).
2.
TB/U
Berasarkan
hasil pengukuran tinggi badan murid TK Annisa, disimpulkan bahwa 2 anak-laki
mengalami kependekan tinggi badan, dan 2 orang anak perempuan mengalami
kependekan tinggi badan dan 1 orang lagi sangak pendek. Jadi, anak TK yang
mengalami kependekan 4 anak (16%) dan 1 anak sangat pendek (4%).
3.
BB/TB
Berdasakan
hasil pengukuran dan penimbangan yang dilakukan di TK Annisa, di simpulkan
bahwa anak laki-laki yang megalami kekurangan
gizi (kurus) 1 anak dan kelebihan gizi (gemuk) 1 anak. Sedangkan anak perempuan
yang mengalami kekurangan gizi (kurus) sebanyak 2 anak. Jadi, anak TK yang
mengalami kurang gizi (kurus) sebanyak 3 anak (12%) dan kelebihan gizi (gemuk)
1 anak (4%).
3.5. Hasil analisis wawancara dengan orang tua murid TK
Berdasarkan
hasil wawancara dengan para orang tua murid,dapat disimpulkan bahwa anak-anak
yang mengalami masalah gizi,pada umumnya orang tua mengatakan bahwa anak nya
kurang atau jarang makan pagi,kurang
makan,ada juga yang mengatakan tidak mau makan, dan kurang istirahat,banyaknya
waktu bermain sehingga si anak lupa kapan waktu makan,kebiasaan makan makanan
cepat saji,tidak mengkonsumsi makanan
yang mengandung nilai gizi,ada yang mengatakan kurangnya uang untuk membelikan
makanan untuk anaknya,ada juga jawaban orang tua karna tidak memberikan asi
saat kecil,juga ada yang menjawab bahwa factor keturunan yang membuat si anak
kurang gizi,serta tidak tahu tentang petingnya gizi bagi pertumbuhan anaknya sangat
bervariasi jawaban orang tua murid,dari jawaban tersebut dapat kita golongkan
dan kita disimpulkan bahwa anak TK yang mengalami masalah gizi disebabkan oleh
beberapa factor,yaitu :
ü Pola makan yang tidak teratur
ü Factor ekonomi
ü Mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung nilai gizi
ü Factor hemat
ü Factor pendidikan
ü Factor keturunan
3.6. Hasil penemuan masalah langkah 1
Berdasarkan hasil penimbangan berat badan murid TK
Annisa,disimpulkan bahwa yang mengalami masalah kekurangan gizi 1 anak dan
kelebihan gizi 1 anak dari 13 anak laki-laki,dan 3 anak perempuan mengalami
kekurangan gizi dari 12 anak. Jadi, gizi kurang di TK Annisa sebanyak 4 anak
(16%), dan kelebihan gizi 1 anak (4%).
Berasarkan hasil pengukuran tinggi badan murid TK Annisa,
disimpulkan bahwa 2 anak-laki mengalami kependekan tinggi badan, dan 2 orang
anak perempuan mengalami kependekan tinggi badan dan 1 orang lagi sangak
pendek. Jadi, anak TK yang mengalami kependekan 4 anak (16%) dan 1 anak sangat
pendek (4%).
Berdasakan hasil pengukuran dan penimbangan yang
dilakukan di TK Annisa, di simpulkan bahwa
anak laki-laki yang megalami kekurangan gizi (kurus) 1 anak dan
kelebihan gizi (gemuk) 1 anak. Sedangkan anak perempuan yang mengalami
kekurangan gizi (kurus) sebanyak 2 anak. Jadi, anak TK yang mengalami kurang
gizi (kurus) sebanyak 3 anak (12%) dan kelebihan gizi (gemuk) 1 anak (4%).
3.7. hasil perumusan tujuan umum langkah 2
Berdasarkan
hasil penemuan masalah ternyata murid di TK Annisa mengalami kekurangan gizi
16% (kurang gizi) dan kelebihan gizi 4%. Oleh karena itu tujuan umum dari
program gizi kesmas di TK adalah memperbaiki status gizi murid di TK tersebut.
3.8. Hasil perumusan tujuan khusus langkah 3
Agar orang tua
murid dapat memperbaiki status gizi anaknya,tujuan khusus nya sebagai berikut :
ü Menurunkan jumlah atau persentase murid yang mengalami gizi
kurang (yang mengalami kekurangan gizi) dari
4 orang (16%) menjadi (0%) pada akhir tahun 2014
ü Menurunkan jumlah murid yang mengalami kelebihan gizi (gizi
lebih) dari 1 orang (4%) menjadi (0%) pada akhir tahun 2014.
3.9. Hasil penentuan target untuk melakukan kegiatan
Dari data yang
diperoleh 16% yang memiliki permasalahan
gizi,target yang ingin dicapai agar permasalahan gizi tersebut menurun hingga
0% yaitu dengan cara mengurangi angka Kurang gizi dan obesitas.Target yang
diinginkan untuk permasalahan kurang gizi yaitu :
a.
Menambah nafsu makan
b.
Memberi makanana sehat dan
bergizi
c.
Kontrol orang tua dalam
pemberian makanan
Obesitas yaitu :
a.
Mengontrol pola makan
b. kurangi
jajanan serta makanan siap saji
c. kontrol
orang tua
Dengan
begitu Target yang ingin dicapai dari 16% menjadi 0% akan tercapai dalam waktu
1 tahun.
3.10. Hasil penyusunan program kegiatan untuk menyelesaikan
masalah dan mencapai tujuan khusus.
Untuk menyusun program pemecahan masalah gizi anak TK Annisa
terlebih dahulu kita harus mengetahui penyebab masalah tersebut,dengan cara
memberikan beberapa pertanyaan kepada orang tuan murid tentang kebiasaan anak
nya,setelah kita tau penyebab nya maka akan muda bagi kita untuk menyusun
program tersebut. Berikut ini bebrapa penyebab masalah gizi pada TK Annisa
banda aceh, : pola makan yang tidak teratur,pendidikan orang tua sangat minim
tentang gizi,serta masalah ekonomi orang tua yang tidak berkecukupan untuk
memenuhi asupan gizi si anak.
Adapun program-program yang harus kita susun untuk pemecahan
masalah giz di TK Annisa,sebagai berikut :
1.
Merubah pola makan si anak dari
yang tidak teratur menjadi teratur,yaitu dengan cara memberitahukan kepada
orang tua murid agar mengontrol pola makan si anak,atau mengajak para guru
untuk mengatur jam makan bersama di TK tersebut.
2.
Memberikan penyuluhan kepada
orang tua murid serta kepada para guru tentang pentingnya asupan gizi kepada
anak-anak.
3.
Memberikan asupan gizi yang
cukup dan teratur kepada anak-anak.
4.
Memberikan makanan
tambahan,tentunya yang mengandung nilai gizi
Setelah program tersebut
kita rencakan dengan harapan akan menurunkan masalah gizi yang di alami murid
TK Annisa pada tahun 2014 akan menjadi (0%).
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Besar Masalah
Berdasakan hasil pengukuran dan penimbangan yang
dilakukan di TK Annisa, di simpulkan bahwa
anak laki-laki yang megalami kekurangan gizi (kurus) 1 anak dan
kelebihan gizi (gemuk) 1 anak. Sedangkan anak perempuan yang mengalami
kekurangan gizi (kurus) sebanyak 2 anak. Jadi, anak TK yang mengalami kurang
gizi (kurus) sebanyak 3 anak (12%) dan kelebihan gizi (gemuk) 1 anak (4%).
4.2. Tujuan umum
-
Agar mahasiswa mampu menemukan
masalah gizi balita dan anak TK
-
Agar mampu menurunkan persentase
maslah gizi
4.3.
Tujuan khusus
-
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi maslah dengan menumpulkan
data dengan menimbang BB/U,mengukur TB/U dan BB/TB.
-
Mampu menentukan tujuan umum
berdasarkan maslah yang ditemukan
-
Mampu menetukan tujuan khusus
dalam rangka menyelesaikan masalah
-
Mampu menentukan target untuk
pencapaian keberhasilan
-
Mampu menyusun program kegiatan
untuk menyelesaikan masalah an mencapai
tujuan yang tlah ditetapkan.
4.4.
Target
Target yang
diinginkan untuk permasalahan kurang gizi yaitu :
a.
Menambah nafsu makan
b.
Memberi makanana sehat dan
bergizi
c.
Kontrol orang tua dalam
pemberian makanan
Obesitas yaitu
:
a. Mengontrol pola makan
b. kurangi jajanan serta makanan siap saji
c. kontrol orang tua
Dengan begitu Target yang ingin dicapai
dari 16% menjadi 0% akan tercapai dalam waktu 1 tahun.
4.5.
Program kegiatan
1.
Merubah pola makan si anak dari
yang tidak teratur menjadi teratur,yaitu dengan cara memberitahukan kepada
orang tua murid agar mengontrol pola makan si anak,atau mengajak para guru
untuk mengatur jam makan bersama di TK tersebut.
2.
Memberikan penyuluhan kepada
orang tua murid serta kepada para guru tentang pentingnya asupan gizi kepada
anak-anak.
3.
Memberikan asupan gizi yang
cukup dan teratur kepada anak-anak.
4.
Memberikan makanan
tambahan,tentunya yang mengandung nilai gizi
DAFTAR PUSTAKA
Abunain
Djumadias, 1990, Aplikasi Antropometri sebagai Alat Ukur Status Gizi,
Puslitbang Gizi Bogor.
Adisasmito,Wiku
P.hd.2007 SISTEM KESEHATAN ,Raja grafindo persada : Jakarta
Alamtsier.2005
PRINSIP DASAR ILMU GZI.Gramedia pustaka utama: Jakarta
Arisman,DR
MB.2007 GIZI DALAM DAUR KEHIDUPAN.EGC : Jakarta
Depkes,
RI, 2004, Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta
Hartriyanti,yayuk.2007
GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT, Raja grafindo persada : Jakarta
Indrawani,Yvonne
M.2007 GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT. Raja grafindo Persada : Jakarta
Kemenkes
RI 2010.KEPMENKES TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI PENILAIAN STATUS GIZI
ANAK.Direktorat Bina Gizi.Jakarta
Kemenkes
RI,2010.RISKESDAS 2010.Badan Penelitian dan Pengembangan.Jakarta
Petterson,Ruth
E.2009.GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. EGC : Jakarta
Santoso,Sugeng
DR M.pd.2004 KESEHATAN DAN GIZI Adi Mahasatya : Jakarta
Soetjiningsih,dr
SpAK TUMBUH KEMBANG ANAK,EGC : Jakarta
Suharjo,
2006, Gizi dan Pangan, Kanisius, Yogyakarta
Supariasa,I
dewa Nyoman.dkk.2002.PENILAIAN STATUS GIZI.EGC:Jakarta
No comments:
Post a Comment